Minggu, 04 Oktober 2015



KISAH CINTA NABI YUSUF AS DAN ZULAIKHA DALAM AL-QURAN DAN INJIL



Mukkadimah

Tak perlu diragukan lagi, kisah Yusuf alaihis salam begitu masyhur, tak hanya di kalangan Muslimin, namun juga bangsa semit lainnya. Ini dikarenakan diskursus tentang Yusuf termaktub dalam tiga kitab suci, baik perjanjian lama, perjanjian baru, ataupun al-Qur'an. Bahkan dalam al-Qur'an, kisah Yusuf dikhususkan dalam satu surat sepanjang 111 ayat, pada surat ke-12, termasuk ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah, yang mana dianggap sebagai kisah paling rinci.
Terlepas dari perbedaan narasi di masing-masing kitab suci, kisah Yusuf sangatlah menginspirasi dan menggugah. Mungkin, karena alur dan jalan ceritanya yang indah, apalagi diakhiri dengan happy ending. Dalam Islam, sebagaimana termaktub dalam surat Yusuf, kisahnya dibuka lewat mimpi Yusuf akan sebelas bintang, matahari, dan bulan yang bersujud padanya (QS. 12:4). Dilanjutkan dengan makar saudara-saudaranya hingga ia terjual sebagai budak di Mesir. Perjalanannya berlanjut ke penjara akibat konspirasi Zulaikha dan al-Aziz, menetap beberapa tahun di sana hingga ia dibebaskan karena kemampuannya menyingkap tabir mimpi raja. Cerita berlanjut dengan diangkatnya Yusuf menjadi al-Aziz (perdana menteri), dan ditutup dengan berkumpulnya kembali dengan sang ayah Ya'kub, adiknya Benyamin, dan seluruh saudara-saudaranya.
Di era modern, kisah Yusuf coba divisualisasikan oleh produser Iran dalam serial televisi (sinetron) pada tahun 2008 dengan judul Yousuf e Payambar (Yusuf ash-Shiddiq). Serial ini disutradarai Farajullah Salahshur dalam bahasa Persia, lalu dialih bahasakan ke dalam bahasa Arab dan Inggris. Tentunya gemarnya sineas Iran yang mengangkat kisah-kisah Islam dalam bentuk visual mendapat kritik tajam dari kalangan Sunni, terutama ulama al-Azhar. Sebabnya, banyak beberapa adegan yang ditampilkan tidak sesuai dengan ajaran Islam sebenarnya, ditambah keberanian luar biasa mereka menampilkan sosok-sosok suci seperti para Nabi dan beberapa sahabat dalam wujud fisik yang jelas.
Perbedaan versi
Meski sebagian besar cerita Yusuf dalam al-Qur'an tidak jauh berbeda dengan narasi perjanjian lama, namun terdapat juga beberapa bagian yang bertentangan. Selain itu, informasi dalam al-Quran banyak yang tak tercantum dalam injil, begitu juga sebaliknya. Sebagai seorang Muslim, meyakini al-Qur'an sebagai kebenaran mutlak adalah keniscayaan. Segala hal yang bertentangan dengannya sudah pasti harus ditolak. Adapun hal-hal yang tak tercantum dalam al-Qur'an dan tidak bertentangan dengannya, baik itu didapat dari bukti-bukti sejarah atau israiliyat, maka dalam menyikapinya boleh mempelajari, tapi tidak untuk diyakini.
Beberapa versi alkitab di antaranya:
· saudara Yusuf yang melarang saudara-saudaranya membunuh Yusuf disebutkan dengan nama Ruben, yang merupakan orang tertua di antara mereka (Kejadian 37:20-22).
· Saat saudara-saudaranya ke Mesir, Yusuf menerima mereka secara kasar, menuduh mereka mata-mata, dan mengirim mereka kembali kepada ayah mereka dengan menjadikan Simeon sebagai sandera, agar mereka datang membawa Benyamin. Dalam Islam Yusuf tidak melakukan penyanderaan, bahkan menyambut dengan suka cita, dengan memberikan bekal yang berlimpah: Dan tatkala Yusuf menyiapkan untuk mereka bahan makanannya, ia berkata: "Bawalah kepadaku saudaramu yang se ayah dengan kamu (Bunyamin), tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan sukatan dan aku adalah sebaik-baik penerima tamu?" (QS. 12:65).
· Sebelum Yusuf berusia 30 tahun, ia diangkat menjadi raja muda di Mesir, dengan nama Zaphnath-Paaneah, kemudian menikah dengan Asenath, putri Potipherah, anak seorang. Yusuf memiliki dua anak dengan Asenath: Manasye dan Efraim.
· Yusuf juga dikabarkan meninggal di Mesir, namun berpesan pada keturunannya agar ia dikebumikan di tanah leluhurnya Palestina. Di kemudian hari atau sekitar 400 tahun sesudah kematiannya, ketika Musa membawa Bani Israel keluar Mesir, ia juga membawa peti mati Yusuf besertanya, lalu Nabi Yusa' bin Nun berhasil memasuki Palestina dan menguburkannya.
Eksistensi Bani Israel sendiri di bumi Kan'an berlangsung pada 1209 SM-63 SM, sampai dibubarkannya oleh Pompey, Panglima Romawi. Sebelumnya Kerajaan Judea dan Israel di Kan;an pernah dijajah oleh Babylonia 586-539 SM, Persian 539-332 SM, dan Yunani 332-63 SM.
Genealogi Yusuf
Perbedaan paling mencolok adalah kisah Ya'kub yang memiliki stigma negatif dalam alkitab. Ya'kub, ayahnya Yusuf, merupakan tokoh kontroversial. Dalam bahasa Ibrani, Ya'kub berarti penipu, tak mengherankan kisahnya penuh dengan muslihat. Kitab Kejadian melukiskan bahwa bahkan sejak di dalam kandungan ibunya, Yakub telah berseteru dengan Esau, kembarnya yang sulung (Kejadian 25:22-26). Dengan pertolongan ibunya, aa mencuri berkat kesulungan Ishak dengan menyamar sebagai Esau (Kejadian 27). Akibatnya, Esau murka dan berniat membunuh Yakub. Karena itu Yakub melarikan diri ke rumah pamannya, Laban di bumi Irak.
Yusuf adalah anak Ya'kub bin Ishak bin Ibrahim bin Azara bin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh. Adapun ibunya adalah Rachel (Rahil), yang wafat sesaat setelah melahirkan Benyamin. Yakub sendiri yang disebut sebagai Israel menikah dengan dua anak pamannya Laban: Lea dan Rahel, lalu menikahi budak perempuan Lea, Zilpa, dan budak perempuan Rahel, Bilha.
- Anak-anaknya dari Lea: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, dan Zebulon.
- Dari Rahel: Yusuf dan Benyamin.
- Dari Bilha: Dan dan Naftali,
- Dari Zilpa: Gad dan Asyer.
Nantinya, nama suku-suku besar Israel diambil dari nama 12 anak Ya'kub. Mereka dan keturunannya disebut sebagai Al-Asbath, yang berarti cucu-cucu. Dari keturunan Lewi, terdapat Musa, Harun, Ilyas, dan Ilyasa. Dari Yehuda, keturunannya terdapat Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, Isa. Dan Benyamin terdapat Yunus.
Adapun Ya'kub menurut Islam (sekitar 1837-1690 SM) merupakan salah seorang Rasul yang ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Syam. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1750 SM dan namanya disebutkan 16 kali dan memiliki 12 anak.
Menurut agama Yahudi dan Kristen, Ishak adalah anak yang hendak dikorbankan oleh Ibrahim Allah di Bukit Moria sebagai bukti ketaatan Ibraham kepada-Nya (Kejadian 22). Adapun Islam meyakini bahwa yang hendak dikorbankan adalah Nabi Ismail.
Yusuf di Mesir
Yusuf ditaksir hidup pada 1745-1635 SM. Selama Yusuf memiliki kekuasaan di Mesir, Bani Israel yang tadinya hanya 70-an berkembang pesat menjadi ratusan, yang nantinya mencapai ratusan ribu. Kenyamanan yang diterima Bani Israel di Mesir berakhir setelah terusirnya Bangsa Heksos dari Mesir. Heksos sendiri merupakan bangsa pendatang dari Asia Barat atau Tengah yang menjajah Mesir selama satu abad, tepatnya pada dinasti 12 hingga 17. Sepeninggal Heksos, nasib Bani Israel berubah drastis dengan menjadi masyarakat kelas bawah, yakni budak. Kondisi ini terus berlanjut hingga datangnya Nabi Musa dan Nabi Harun yang menyelamatkan mereka.
oleh : Indra San Meazza
Romansa Kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha
“Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada isterinya: “Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak.” Dan demikian pulalah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya ta’bir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Yusuf: 21)
Kemudian ada penjelasan di seputar ayat ini. Kisah Nabi Yusuf dengan Zulaikha kemudian timbul di kalangan mufassirin. Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir al Qur’an yang ditunjuk oleh Departemen Agama Republik Indonesia (DEPAG-RI) dalam al Qur’an dan Terjemahnya, memberikan penafsiran ayat tersebut. Ketika terjemah ayat tersebut menuturkan: “Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya”, dalam footnote (no. 748), Tim menulis: “Orang Mesir yang membeli Yusuf AS. itu seorang Raja Mesir bernama Qithfir dan nama isterinya Zulaikha.” Tidak sampai di situ, lebih jauh lagi nama Zulaikha tersebut langsung dicantumkan di dalam terjemah ayatnya. Hal ini dapat kita lihat pada terjemah Surat Yusuf ayat 23: “Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya…”. Begitu pula dalam footnote (no. 750) yang menafsiri ayat tersebut. “Ayat ini tidaklah menunjukkan bahwa Nabi Yusuf AS. punya keinginan yang buruk terhadap wanita itu Zulaikha….”. Demikian nama Zulaikha disinggung sebanyak tiga kali dalam al-Qur’an dan Terjemahnya yang dicetak dan disebarluaskan oleh DEPAG-RI. Usaha penerjemahan itu dilangsungkan selama delapan tahun oleh tim khusus yang diketuai oleh Prof. R.H. A. Soenarjo, S.H. dari Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al Qur’an. Selesai pada tahun 1971.
Dengan demikian, tersebarnya Al Qur’an dan Terjemahnya versi DEPAG-RI kala itu, diawali keterangan para ulama yang menukil kisah itu dari kitab-kitab tafsir klasik, akhirnya penamaan Zulaikha tersebut melembaga di masyarakat. Mereka tidak tahu menahu tentang otentisitas riwayat seputar itu. Yang mereka kenal, bahkan sudah menjadi keyakinan, Zulaikha itu adalah nama wanita yang merayu Nabi Yusuf AS. Kemudian setelah Nabi Yusuf AS. diangkat menjadi pembesar Mesir, Zulaikha dinikahi oleh beliau. Mereka berdua hidup seia-sekata, saling mengasihi dan menyayangi. Menurut mereka, itulah dambaan setiap keluarga dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Maka tak heran jika tipologi Yusuf – Zulaikha, oleh mereka, disamakan dengan tipologi Adam – Hawa, Muhammad – Khadijah, dan Ali – Fatimah. Padahal tidak ada riwayat yang shahih menerangkan bahwa istri al Aziz itu bernama Zulaikha dan Nabi Yusuf pernah menikahinya. Karenanya, ada yang berseloroh bahwa orang yang berdoa agar kedua mempelai itu saling sayang-menyayangi seperti Yusuf dan Zulaikha, maka hal itu sama saja dengan mendoakan agar seseorang itu menyayangi istri orang lain, alias berselingkuh.
Agama Islam datang setelah Agama Yahudi dan Nashrani. Begitu pula pengikutnya. Kaum Yahudi dan Nashrani memiliki dasar-dasar pengetahuan agama yang diperolehnya dari kitab suci mereka, Taurat untuk Yahudi dan Injil untuk Nashrani, sebelum mereka akhirnya memeluk Islam. Bahkan, khusus mengenai cerita para nabi dan umat terdahulu, mereka memiliki data-data yang sangat rinci. Maka tidak heran, ketika al Qur’an menuturkan cerita-cerita tersebut, mereka langsung memberikan responnya berdasarkan kitab suci mereka dengan sangat mendetail.
Memang al Qur’an bukan kitab sejarah. Tetapi al Qur’an memuat fakta sejarah, khususnya para nabi dan umat-umat terdahulu. Dari segi penuturannya, menunjukkan bahwa al Qur’an ingin menunjukkan ke-i’jazan-nya. Sedangkan dari segi isinya, semua itu agar dijadikan pelajaran yang berharga bagi umat manusia yang hidup setelahnya.
Pengikut Islam periode pertama, yaitu masa Rasulullah Saw dan para shahabatnya, menyikapi cerita-cerita mereka dengan sangat hati-hati. Dalam sebuah hadits shahih dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw bersabda:
“Kamu jangan membenarkan penuturan Ahl al-Kitab, jangan pula mendustakannya. Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan apa-apa (kitab) yang diturunkan kepada kami dan (kitab-kitab) yang diturunkan kepadamu.”
Sikap kehati-hatian ini diperintahkan oleh Nabi SAW kepada para shahabatnya, sebab di dalam penuturan Ahl al-Kitab mengandung dua kemungkinan, benar dan salah. Tetapi Nabi SAW juga tidak hitam-putih. Bersikap fleksibel dalam masalah ini, beliau, yang diikuti para shahabatnya, tetap menerima penuturan mereka, sejauh tidak menyangkut akidah dan hukum-hukum syariah. Kebolehan tersebut terbetik dari sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr sebagai berikut:
“Sampaikan apa-apa dariku meskipun itu berupa satu ayat. Kamu tidak apa-apa meriwayatkan penuturan Bani Isra`il (Ahl al-Kitab). Siapa yang mendustakanku dengan sengaja, maka bersiaplah dirinya untuk menempati tempatnya di neraka.”
Hadits di atas melukiskan kepada kita bahwa Nabi SAW membolehkan para shahabatnya (dan umatnya) untuk mengambil tafsir Isra`iliyyat. Tetapi lagi-lagi tetap dengan syarat, tidak boleh berisi riwayat palsu. Jadi harus betul-betul diketahui keshahihannya. Demikian pula halnya dengan kisah romantis Nabi Yusuf As. dan Zulaikha. Ketika al Qur’an dalam ayat di muka tadi (surat Yusuf ayat 21) disinggung, para Ahl al-Kitab pun sibuk menuturkan alur cerita tersebut dengan detail. Nama Zulaikha yang dilansir sebagai istri dari al Aziz (pejabat tinggi Negeri Mesir saat itu), tersebar luas setelah Ahl al Kitab menuturkannya. Karenanya, di sini kita perlu hati-hati dalam menyikapinya. Apakah benar seperti itu atau hanya bualan mereka yang tidak ada dasarnya. Atau jangan-jangan riwayat tentang hal itu adalah palsu. Sikap hati-hati seperti inilah yang harus kita lakukan ketika menghadapi kisah tentang Nabi Yusuf dan Zulaikha.
Sedikit sekali kitab tafsir yang menuturkan nama Zulaikha sebagai istri al-Aziz dengan metodologi transmisi. Berdasarkan suatu riwayat, namanya bukan Zulaikha, tetapi Ra’il binti Ra’a`il. Adapun yang lain menuturkan penamaan istri al Aziz tersebut dengan beberapa riwayat yang berbeda. Nama Ra’il didapatkannya dari riwayat Ibnu Ishaq yang dituturkan oleh al-Mawardi. Sedangkan nama Zulaikha tidak disebutkan sumber riwayatnya. Disebutkan nama Zulaikha tersebut bersumber dari riwayat Abu al-Syeikh dari Syu’aib al-Juba’i. Adapun nama Ra’il binti Ra’ayil didapatkannya dari riwayat Ibn Jarir dan Ibn Abi Hatim dari Muhammad bin Ishaq. Selain itu ada juga para mufassir yang menuturkan penamaan istri al Aziz itu, baik dengan Zulaikha atau Ra’il, dalam kitab-kitab tafsir mereka, tetapi tidak menyebutkan sumber periwayatannya.
Ada juga mufassir yang hati-hati dalam menyikapi masalah ini. Lihat saja misalnya al Imam al Fakhr al Razi (w. 604 H). Setelah beliau menyajikan menu cerita beraroma isra`iliyyat seputar identitas orang Mesir yang membeli Yusuf berikut istrinya secara mendetail, dengan tegas beliau mengatakan bahwa riwayat-riwayat di atas tidak ada dasarnya dalam al Qur’an. Begitu juga Hadis yang shahih tidak ada yang menguatkannya. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa penafsiran kitab suci al Qur’an itu tidak disandarkan pada riwayat-riwayat ini. Karenanya, orang yang berakal harus berhati-hati dalam mengambil riwayat tersebut sebelum menceritakannya pada orang lain. Begitu juga halnya dengan al-Imam Ibn al-Qayyim (w. 751 H) dalam kitabnya al Tafsir al Qayyim. Ketika menafsiri ayat di atas, beliau tidak menyebutkan nama istri al Aziz tersebut. Menurut beliau para ulama yang dijadikan pegangan olehnya tidak ada yang menyebutkan nama wanita itu. Tetapi mereka hanya menuturkan sifat-sifatnya yang buruk sebagaimana al-Qur’an menuturkannya.
Hal senada dilontarkan pula oleh al-Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, mufassir kontemporer, dalam kitabnya Tafsir al-Manar. Dia mengatakan bahwa al Qur’an tidak menyebutkan secara jelas nama orang Mesir yang membeli Yusuf. Begitu juga nama istrinya. Menurut beliau al Qur’an itu bukan kitab cerita atau sejarah an sich, melainkan di dalamnya terdapat hikmah, nasihat, pelajaran, dan pendidikan akhlak. Karenanya al Qur’an hanya menyebut orang Mesir itu dengan al Aziz. Sebab gelar al Aziz itu nantinya akan disandang oleh Nabi Yusuf setelah diangkat menjadi kepercayaan raja di Mesir.
Terus bagaimana kebenaran cerita ini? Karena penasaran, aku kemudian bertanya kepada Bro Abbas yang lebih menguasai literatur Arab dan kitab-kitab para ulama. Bro Abbas kemudian mengambil dari tafsir Ibn Katsir.
Yang membeli Nabi Yusuf adalah Ithfir atau Qithfir seorang menteri keuangan (Menkeu) Mesir pada masa Raja: Ar-Royyan bin Al-Walid, dan istri Ithfir namanya adalah Ra’el binti Ra’ael, ada yang meriwayatkan juga nama Istri Menkeu ini adalah Zulaikha.
Dan menurut Ibn Asyur dalam Tafisrya At-Tahrir wa Al-Tanwir:
Ra’el adalah sebutan bangsa Yahudi dan Zulaikha adalah sebutan yang tertera di manuskrip Arab klasik.
Lalu Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat 56 surat Yusuf menjelaskan lebih lanjut tentang akhir cerita Nabi Yusuf ketika keluar dari penjara dan terbukti ternyata Nabi Yusuf adalah orang yang jujur.
Maka Nabi Yusuf diangkat menjadi Menkeu oleh Raja ar Rayyan, dan menggantikan posisi al Aziz atau Ithfir yang dulu menjadi dalang penjeblosan Nabi Yusuf ke penjara dengan tuduhan kasus perselingkuhan dengan Zulaikha atau Rael.
Menurut Mujahid (ahli Tafsir dari kalangan shahabat dan riwayatnya diambil Ibnu Jarir at Thobari dalam buku tafsirnya yang paling banyak menjadi refrensi tafsir bil ma’tsur Jamiul Bayan fi Ta’wil al Qur’an,) bahwa Ithfir meninggal dunia beberapa malam setelah dicopot dari MenKeu Mesir oleh Raja Arroyyan. Nah ini nih yang seru: Roman Asmaranya!!!
Lalu Raja ar Rayyan mempunyai inisiatif untuk menikahkan Nabi Yusuf dengan mantan Istri Ithfir (al Aziz) yang benama Rael atau Zulaikha. Lalu mereka (Yusuf dan Zulaikha) bertemu kembali, tapi dalam kesempatan yang berbeda dan sekarang sudah resmi dan halal layaknya pasutri. Yang menarik adalah, diriwayatkan bahwa ketika mereka berdua berada di dalam kamar, terjadilah dialog yang akan menjadi jawaban dari rasa penasaranku tadi. Diriwayatkan Nabi Yusuf membuka pembicaraan dengan berkata: “Bukankah kesempatan seperti ini lebih baik dan terhormat daripada pertemuan kita dahulu ketika engkau menggebu-gebu melampiaskan hasratmu, wahai Zulaikha”. Lalu diriwayatkan bahwa Zulaikha pun menjawab dengan jawaban yang diplomatis dan romantis.
“Wahai orang yang terpercaya, janganlah engkau memojokkanku dengan ucapanmu itu (cinta ini membunuhku, kata The Nasib) ketika kita bertemu dulu jujur dan akuilah bahwa di matamu akupun cantik dan mempesona, hidup mapan dengan gelar kerajaan dan segalanya aku punya, namun ketika itu aku tersiksa karena suamiku tidak mau menjamah perempuan manapun termasuk aku, lantas akupun mengakui dengan sepenuh hatiku akan karunia Allah yang diberikan atas ketampanan dan keperkasaan dirimu wahai Nabi Yusuf”.
Kemudian diriwayatkan para mufassir bahwa ternyata Nabi Yusuf baru menyadari kebenaran ucapan Zulaikha setelah membuktikan bahwa ternyata Zulaikha masih perawan. Mereka menikah dan dikaruniai dua orang anak laki laki. Jadi begitu ceritanya. Kesimpulannya adalah memang Istri Nabi Yusuf adalah Rael atau Zulaikha.
Dan keduanya memang “Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama”, karena memang ayat al Qur’an menyebutkan begitu. Dan hikmahnya tentu model hubungan yang paling mendapatkan barakah adalah jika melalui jalan yang disyariatkan Islam, dan bukan LKMD (Lamaran Keri Metheng Dhisik) .
Wa Allohu a’lam bi ash showab






Blog Acha, Hesti, Viera

Minggu, 20 September 2015

Mimpi Nabi Yusuf






Mimpi Nabi Yusuf





Sajadah Muslim - Yusuf adalah putra Nabi Ya’qub, diantara dua belas orang anak-anak Ya’qub, Yusuf dan Bunyaminlah yang paling dicintai. Hal ini menimbulkan iri hati saudara-saudaranya yang lain. Yusuf wajahnya sangat tampan, lebih tampan dari pada saudara-saudaranya yang lain. Bentuk tubuhnya sangat bagus. Terlebih setelah ibunya (Rahil) meninggal dunia maka ia makin disayang oleh ayahnya. Pada suatu malam ia bermimpi, ia melihat sebelas bintang bulan dan matahari bersujud kepadanya. Esok harinya ia ceritakan hal itu kepada ayahnya. “Sebelas bintang adalah saudara-saudaramu. Matahari adalah ayahmu, bulan adalah ibumu. Semua akan menghormatimu, kelak kau akan jadi orang besar, maka jangan sampai saudara-saudaram tahu. Jika saudamu tahu mereka akan mencelakakanmu.”

Namun tanpa setahu Yusuf dan ayahnya ternyata salah seorang saudaranya mengetahu pembicaraan ayahnya itu. Sejak saat itu mereka makin membenci  Yusuf dan selalu berusaha mencelakakannya. Pada suatu hari mereka meminta izin kepada Nabi Ya’qub untuk mengajak Yusuf berburu binatang. Mula-mula Nabi Ya’qub tidak mengijinkan, tapi setelah mereka menunjukkan kesanggupannya menjaga Yusuf dai bahaya maka Nabi Ya’qub tidak melarangnya lagi. Yusuf boleh ikut berburu, tinggal bunyamin yang menemani Nabi Ya’qub dirumah. Di tengah hutan, setelah berburu tiba-tiba mereka menangkap Yusuf. “Hei, mau kalian apakan aku ini ? protes Yusuf. “Diam ! “bentak salah seorang kakaknya. Mereka hendak membunuh Yusuf, namun tidak sampai hati, salah seorang mengusulkan agar dimasukkan saja ke dalam sumur. Pasti ada khalifah yang akan mengambilnya dan Yusuf pasti akan dijual sebagai budak. Dengan demikian Yusuf tersingkir dari keluarga Ya’qub, usul itu disetujui.

Demikianlah Yusuf yang masih kecil tak berdaya ketika saudara-saudaranya yang lebih besar memasukkannya ke dalam sumu. Sebelumnya baju Yusuf telah dilepas. Mereka kemudian membunuh hewan, darahnya ditumpahkan ke baju Yusuf, setelah pulang mereka berkata bahwa Yusuf telah dimakan serigala hingga bajunya berlumuran darah. Nabi Ya’qb sangat sedih mendengar hal itu, demikian sangat kesedihannya sehingga selalu menangis dan sampai-sampai matanya menjadi buta.
Yusuf Menjadi Budak Belian
Tidak berapa lama Yusuf di dalam sumur, ada serombongan Kafilah yang hendak mengambil air. Mereka menemukan Yusuf, maka Yusuf dibawaii sebagai tawanan, mereka akan menjualnya di negeri Mesir. Sesampai di Mesir Yusuf benar-benar dijual sebagai budak, pembelinya seorang menteri kerajaan bernama Kitfir, kemudian menteri tersebut menyerahkan Yusuf kepada istrinya yaitu Zulaiha. Kitfir dan Zulaiha tidak mempunyai anak, mereka brmaksud mnjadikan Yusuf sebagai anak angkatnya. Kini Yusuf hidup dilingkungan istana Kerajaan Mesir, makin lama makin tampaklah bahwa Yusuf seorang pemuda yang tampan lagi cerdas. Zulaiha kemudian mengangkatnya sebagai kepala pelayan di istana.
Zulaikha Tergoda Ketampanan Nabi Yusuf
Sebagai pemuda yang tampan dan ramah Yusuf telah menarik perhatian Zulaiha, bukan sebagai ibu dan anak, Zulaiha tertarik kepada Yusuf sebagai seorang wanita kepada lelaki dewasa. Pada suatu hari, disaat suaminya pergi, Zulaiha mengenakan pakaiannya yang terbaik, bau parfum tersebar diseluruh tubuhnya, ia menghampiri Yusuf di kamarnya. Yusuf berdebar kencang saat melihat penampilan Zulaiha yang lain dari biasanya. Begitu menyolok dan merangsang. Berkata Zulaiha kepada Yusuf : “Marilah Yusuf, seluruh jiwa dan ragaku kuserahkan kepadamu. “Yusuf hampir tergoda, namun ia segera ingat kepada Tuhan, ia pun berkata : “Aku berlindung kepada Allah dai perbuatan maksiat ini. Bagaimanakah aku akan melakukan perbuatan ini, sedang suamimu adalah Tuanku yang telah memuliakan dan berbuat baik kepadaku, adalah tidak patut jika suatu kebaikan dibalas dengan penghinaan.”

Akan tetap hati dan pikiran Zulaiha telah dikuasai nafsu dan tergoda bujukan iblis. Ia tak menghiraukan peringatan Yusuf. “Yusuf” desah Zulaiha sambil menghambur dan memeluk Yusuf erat-erat. Tidak seorang pun melihat kita. Tidak ada yang mengetahui perbuatan kita. “Allah mengetahuinya ! “Jawab Yusuf sambil berontak melepaskan diri, buru-buru ia melahikan diri dari dalam kamar. Zulaiha mengejar dan berhasil memegang baju belakang Yusuf. Ia berharap Yusuf akan berhenti dan mau melayaninya. Tapi Yusuf terus berlari sehingga bajunya robek dibagian belakang. Di saat demikian tiba-tiba Kitfir dating, Zulaiha segera menghampiri suaminya dan berkata : “Yusuf hendak memaksaku melakukan perbuatan mesum. “Tidak ! “Sahut Yusuf. “Dialah yang memaksa saya untuk melakukan perbuatan keji itu.”

Terjadilah saling tuduh menuduh, disaat demikian datanglah tetangga dekat sekaligus sebagai penengah, berkata tetangga itu : “Kita lihat saja, jika baju Yusuf robek dibagian depan berarti dia hendak memaksa Zulaiha berbuat mesum. Jika bajunya robek dibelakang itu pertanda Zulaiha yang memaksa Yusuf berbuat maksiat. “Kitfir memeriksa dan ternyata baju Yusuf robek di bagian belakang, betapa malu pembesar kerajaan Mesir itu. Ternyata istrinya sendiri yang telah berbuat salah. Kitfir menghampiri Yusuf dan berkata : “Rahasiakanlah peristiwa ini, simpan baik-baik, jangan ada orang yang tahu, dan kamu Zulaiha mohonlah ampun kepada Tuhanmu atas dosa yang telah kau lakukan, bertaubatlah Kepada-Nya dengan Taubat yang sebenarnya.”
Para Wanita Terpesona Dengan Nabi Yusuf
Walau sudah diusahakan agar tidak bocor tapi peristiwa Zulaiha dengan anak angkatnya itu akhirnya terdengar juga oleh tetangga kanan kiri. Para wanita baik tua maupun muda sama mempergunjungkannya. Zulaiha merasa malu, dalam hati ia berkata : “Mereka belum pernah melihat Yusuf karena selama ini Yusuf selalu berada di dalam rumah. Coba andakata mereka sudah melihatnya, pasti lebih tergila-gila dari pada aku. “Pada suatu hai Zulaiha mengundang para wanita yang telah mempergunjingkannya, setiap wanita yang dating diberi buah-buahan dan sebilah pisau yang tajam untuk mengupas buah-buahan yang dihidangkan itu. Disaat para wanita itu asyik mengpas buah dengan pisau ditangannya, Zulaiha memerintahkan pelayan untuk memanggil Yusuf agar berjalan diruang tamu.

Semua orang terbelalak kagum ketika melihat penampilan Yusuf yang ganteng dan tampan itu. Semua tercengang dan sejenak lupa diri. “Inilah pemuda yang kalian gunjingkan, ternyata kalian juga mengagumi kegantengannya, sehingga tanpa sadar kalian telah mengupas kulit tangan kalian sendiri, “Kata Zulaiha. Yusuf segera masuk ke dalam, pada saat itulah para wanita tadi baru tersadar bahwa yang mereka kupas bukan buah yang dipegangnya tapi tangan mereka sendiri, darah bercucuran, suasana jadi panic, dengan tersipu malu mereka segera kembali pulang ke rumah masng-masing. Namun issu tentang Zulaiha dan Yusuf masih terus merebak ke seluruh penjuru. Para wanita masih mempergunjingkannya. Untuk menutupi rasa malunya maka Kitfir akhirnya memasukkan Yusuf ke dalam penjara. Hal ini dilakukan secara terpaksa bahwa walaupun Yusuf benar dan Zulaiha salah namun Yusuf yang masuk penjara.
Nabi Yusuf Dipenjara
Memang tak ada jalan lain bagi Kitfir, Yusuf harus dipenjara, jika tidak Zulaiha akan terus tergoda dan siapa tahu lama-lama Yusuf tidak mampu mempertahankan kesuciannya ? Berangkat dari pemikiran inilah Kitfir menjebloskan Yusuf ke dalam jeruji besi. Di dalam penjara ada dua orang pelayan raja, yang pertama bernama Nabo kepala bagian minuman. Kedua bernama Malhab kepala bagian makanan kue-kue. Keduanya dituduh hendak membunuh Raja dengan menaruh racun dalam makanan dan minuman. Di dalam penjara Yusuf mengajak kedua orang itu untuk bertaubat, beribadah kepada Allah saja.

Pada suatu hari Nabo menceritakan mimpinya kepada Yusuf : “Aku bermimpi memeras anggur yang akan kujadikan khamar. “ Nabo minta Yusuf mengartikan mimpi itu, dengan tenang dan yakin Yusuf menerangkan arti mimpi Nabo : “Bergembiralah kau Nabo. Sebentar lagi kau akan dibebaskan dari penjara, kau akan diterima lagi sebagai kepala bagian minuman Raja karena tuduhan terhadapmu tidak terbukti. “Malhab menceritakan mimpinya dan meminta Yusuf mengartikannya : “AKu telah bermimpi membawa kue di atas kepalaku, ketika itulah seekor burung datang memakan kue itu. “Sayang sekali Malhab, kata Yusuf, “Kau akan mengalami nasib buruk, tuduhan terhadapmu terbukti : Raka akan menghukum kau sampai mati di tiang salib. Mayatmu akan dimakan burung buas mulai dari kepalamu.”

Beberapa hari kemudian tafsir mimpi itu terbukti kebenarannya, Nabo dibebaskan dari tuduhan dan diperbolehkan bekerja di istana lagi, sedang Malhab dihukum mati karena terbukti kesalahannya hendak meracuni Raja. Sebelum keluar dari penjara, Yusuf telah berpesan kepada Nabo agar menyampaikan keadaannya di dalam penjara. Ia ingin raja meninjau kembali keputusannya karena sesungguhnya ia tidak bersalah. Justru Zulaihalah yang bersalah. Namun setan membuat Nabo jadi lupa sehingga Yusuf tetap berada di dalam penjara selama beberapa tahun lagi.
Nabi Yusuf Menafsirkan Mimpi Raja Mesir
Pada suatu hari Raja Mesir memanggil semua penasihat dan tukang ramalnya, tadi malam sang Raja bermimpi melihat tujuh ekor lembu kurus memakan tujuh ekor lembu yang gemuk-gemuk. Dan melihat tujuh tangkai gandum yang hijau dan tujuh tangkai gandum kering. Para penasihat, dukun, tukang ramal diperintah untuk mengartikan mimpi sang Raja. Namun tidak ada seorang pun yang mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Raja sangat kecewa, untunglah Nabo ingat akan kepandaian Yusuf sewaktu berada dipenjara. Ia mengatakan hal itu kepada Raja. Bahwa ada seorang pemuda yang pandai mengartikan mimpi dengan tepat.

Raja kemudian mengutus Nabo untuk menemui Yusuf dipenjara dan minta Yusuf agar mau mengartikan mimpi tersebut. Yusuf bukan hanya bersedia mengartikan mimpi tersebut, ia malah menerangkan jalan keluar dari arti mimpi sang Raja itu. Berkata Yusuf : “Mesir akan mengalami masa subur selama tujuh tahun dan mengalami masa paceklik selama tujuh tahun. “Oleh sebab itu, “sambung Yusuf, hasil panen selama tujuh tahun dimasa subur harus disimpan baik-baik, jangan dihambur-hamburkan. Untuk persediaan tujuh tahun masa paceklik. “Nabo kembali menghadap Raja, setelah disampaikan arti mimpi itu sang Raja merasa senang. Disaat itulah Nabo menyampaikan pesan Yusuf agar sang Raja mau mengadili Yusuf dengan seadil-adilnya karena sesungguhnya ia tidak bersalah. Perkara Yusuf pun diselidiki dan setelah terbukti ia tidak bersalah sang raja membebaskannya dari penjara.
Nabi Yusuf Menjadi Menteri Ekonomi Kerajaan Mesir
Setelah Sang Raja mengetahui kebenaran dan kesucian Yusus, ia makin tertarik. Terlebih setelah diketahuinya bahwa Yusuf itu orang yang cerdas sehingga mampu memberikan jalan keluar persoalan Ekonomi kerajaan Mesir, maka sang Raja akhirnya memanggil Yusuf untuk diangkat sebagai Menteri Ekonomi. Yusuflah yang mengepalai perbendaharaan Negara, ia menjadi kepala gudang aga dapat menanggulangi keserakahan para pejabat korup dan penindasan mereka terhadap rakyat kecil terutama jika nanti tiba musim paceklik.
Paceklik di Tanah Mesir
Apa yang diucapkan Yusuf menjadi kenyataan, sesudah berlangsung masa subur selama tujuh tahun maka datanglah masa paceklik. Masa paceklik itu juga melanda daerah Palestina tempat tinggal Nabi Ya’qub dan saudara-saudara Yusuf. Negeri Palestina yang tidak tahu menahu bakal datangnya kemarau panjang itu tentu kelabakan. Rakyatnya banyak yang menderita kelaparan. Mereka mendengar di Negeri Mesir banyak tersedia bahan makanan dan boleh ditukar dengan emas oleh umum, anak-anak Nabi Ya’qub bermaksud pergi ke Mesir. Pada waktu itu Bunyamin tidak ikut serta. Sewaktu mereka tiba di Mesir dan menukar emasnya dengan gandum mereka sama sekali tidak mengira bahwa kepala gudang perbendaharaan Negeri Mesir adalah Yusuf saudara mereka sendiri. Yusuf mengetahui mereka namun pura-pura tidak mengetahuinya.

Yusuf memperlakukan mereka sebagai tamu terhormat, dijamu dengan makanan yang lezat-lezat, mereka juga diberi bekal pejalanan pulang. Ketika mereka bersiap-siap hendak pulang ke Palestina, Yusuf berkata kepada mereka : “Bawalah saudaramu yang seayah (maksudnya Bunyamin) jika tidak kamu bawa lain kali kalian tidak kuperbolehkan masuk negeri Mesir dan tidak boleh membeli bahan makanan disini. Mereka kaget mendengar ucapan sang menteri. Tak disangka sang menteri mengetahui bahwa mereka masih mempunyai saudara lagi yaitu Bunyamin.
Bunyamin Bertemu Yusuf
Ketika mereka tiba di rumah dan membuka karung gandum, ternyata emas-emas yang mereka tukarkan berada di dalam karung bersama gandum. Mereka heran dan segera melaporkan kepada ayah mereka Nabi Ya’qub. “Sungguh aneh ? “gumam Nabi Ya’qub. Ketika merekan mengatakan keinginan Menteri Ekonomi agar mereka mau membawa Bunyamin ke Mesir, Nabi Ya’qub langsung menolak. Ia kuatir Bunyamin akan mengalami nasib serupa Yusuf dahulu. “Jika kami tidak boleh membawa Bunyamin maka kam tidak boleh memasuki Negeri Mesir dan tidak boleh membeli bahan makanan lagi, “kata mereka. “Nabi Ya’qub tetap tidak memperbolehkan Bunyamin dibawa pergi. Trauma atas kehilangan Yusuf masih menghantui dirinya. Namun ketika persediaan bahan makanan semakin menipis, maka tak bisa tidak mereka harus pergi ke Mesir lagi.

“Bersumpalah atas Nama Tuhan, “Kata Nabi Ya’qub. “Bahwa kalian harus melindungi Bunyamin dengan segenap jiwa raga kalian. Jika terjadi sesuatu kalian harus membelanya sampai titik darah terakhir. “Mereka serentak menyatakan kesedihannya untuk melindungi Bunyamin dan bersumpah demi Allah akan membela dan membawa Bunyamin kembali. Demikianlah, untuk kali yang kedua mereka pergi ke Mesir. Yusuf sebenarnya tak kuat menahan diri begitu melihat saudara-saudaranya datang membawa Bunyamin. Ia ingin segera memeluk Bunyamin erat-erat karena sudah lama tidak bertemu dengan adik kandungnya itu. Namun untuk sementara ia tidak ingin saudara-saudaranya yang lain tahu bahwa ia adalah Yusuf yang pernah mereka masukkan ke dalam sumur. Ia mencari cara agar Bunyamin dapat tinggal di istana. Tidak ikut pulang ke Palestina. Yusuf kemudian meletakkan piala raja yang terbuat dari emas di karung Bunyamin.

Untuk sementara Yusuf membiarkan saudara-saudaranya berjalan ke luar kota. Namun tidak lama kemudian ia memerintahkan prajurit untuk menyusul rombongan saudara-saudaranya itu. Mereka terkejut ketika serombongan prajurit menyusul dan memintanya berhenti. “Raja kami kehilangan piala yang terbuat dari emas. Apakah kalian mengetahuinya, siapa yang menemukan piala itu akan diberi hadiah gandum satu tunggangan unta. Kami datang ke Mesir bukan untuk membuat kerusuhan, “Kata saudara-saudara Yusuf. Dan kami bukanlah termasuk orang-orang yang mencuri. Para prajurit berkata : Apakah hukuman bagi orang yang melakukan pencurian itu ? Hukumannya adalah menjadi budak, itulah tebusan dari perbuatannya, jawab saudara-saudara Yusuf.

Prajurit itu kemudian menggeledah tiap karung dari saudara-saudara Yusuf. Tiba-tiba mereka menemukannya di dalam karung Bunyamin, tanpa kompromi lagi, Bunyamin dibawa menghadap Menteri Perekonomian yaitu Yusuf. Saudara-saudara Bunyamin yang lain diperbolehkan pulang. Yahudza tak ikut pulang, ia merasa malu kepada ayahnya karena telah berjanji melindungi Bunyamin dari segala marabahaya, nyatanya Bunyamin sekarang tak bisa ia bawa pulang. Yahudza bersumpah tidak akan pulang sebelum membawa Bunyamin atau ayahnya sendiri memanggilnya pulang. Sementara itu Bunyamin gemetar saat dihadapkan kepada Menteri Ekonomi Mesir. Baru kali ini ia berhadapan dengan pejabat tinggi di istana kerajaan. Wajahnya pucat pasi, tap hal itu tak berlangsung lama karena Yusuf segera memeluknya dan mengatakan siapa sebenarnya sang Menteri Ekonomi itu. Pertemuan kakak beradik itu benar-benar mengharukan, Bunyamin menangis terisak-isak, ia segera menceritakan nasib ayahnya di Palestina. Betapa menderitanya sang ayah sejak ditinggal Yusuf setiap hari ayahnya menangis sampai matanya menjadi putih dan tak dapat melihat lagi.
Impian Nabi Yusuf Menjadi Kenyataan
Begitu mengetahui Sembilan orang anaknya pulang tanpa membawa Bunyamin, Nabi Ya’qub terpukul jiwanya. Ia bnear-benar sedih. Sudah kehilangan Yusuf kini Bunyamin dijadikan budak oleh penguasa Negeri Mesir. Dari hari ke hari tampak nian kesedihan Nabi Ya’qub, kini ia lebih suka menyendiri di mihrabnya (tempat ibadah). Hanya Tuhan tempatnya mengadu dan berkeluh kesah. Pada suatu hari ia mendapat ilham bahwa Yusuf itu masih hidup dan tak lama lagi ia akan berjumpa dengan anak yang sangat dicintainya itu. Nabi Ya’qub kemudian memerintahkan anak-anaknya mengembara ke Mesir : “ Carilah kabar tentang Yusuf di Mesir dan berusahalah membebaskan Bunyamin agar dapat pulang. Karena tak sampai hati melihat penderitaan ayahnya, anak-anak Nabi ya’qub itu akhirnya pergi ke Mesir lagi. Mereka langsung menghadap Menteri Ekonomi. Di samping hendak meminta bantuan makanan mereka juga meminta agar penguasa Mesir mau membebaskan Bunyamin.

“Ayah kam sangat bersedih sejak kehilangan Yusuf, terlebih setelah Bunyamin juga tak dapat kembali pulang. Kami benar-benar mengharap belas kasih Paduka agar mau membebaskan Bunyamin sehingga dapat mengurangi penderitaan ayah kami. Akhirnya Yusuf tak sampai hati mendengar penuturan saudara-saudaranya tentang ayahnya yang menderita. Sambil tersenyum ia berkata : “Masih ingatkah kalian, kepada saudaramu Yusuf yang kalian lemparkan ke dalam sumur tanpa belas kasih. Kalian meninggalkannya seorang diri seperti barang yang tak berharga. Tak kalian hiraukan ratap tangisnya dan kalian terus saja pulang tanpa merasa bersalah. Mendengar ucapan sang menteri mereka terkejut, bagaimana menteri itu bisa mengetahu perkara rahasia yang tak pernah mereka bocorkan. Mereka saling pandang. Perlahan-lahan mereka mengamati wajah sang menteri. Senyumnya, wajahnya, bentuk tubuhnya dari atas hingga bawah, dan akhirnya hamper berbarengan mereka berucap : “Engkau Yusuf !”

“Benarlah ! “Jawab Yusuf, “akulah Yusuf dan inilah adikku Bunyamin. Allah dengan Rahmat-Nya telah mengakhiri penderitaanku dan ujian berat yang telah kualami. Dan dengan rahmat-Nya pula kami dikaruniai rezeki berlimpah ruah dan penghidupan yang sejahtera. Demikianlah barang siapa yang bersabar, bertakwa dan bertawakkal tidaklah akan luput dari pahala dan ganjaran-Nya. “Saudara-saudara Yusuf gemetar mendengar pengakuan itu ? Terbayang kembali perbuatan mereka saat memasukkan Yusuf ke dalam sumur. Mereka kuatir bila Yusuf membalas dendam. Tapi ternyata Yusuf bukanlah orang yang pendendam, mereka dimaafkan. Yusuf kemudian mengambil baju gamisnya dan diserahkan kepada saudara-saudaranya.

“Usapkanlah baju ini pada kedua belah mata ayah, insya Allah beliau dapat melihat kembali. Kemudia ajaklah ayah dan ibu ke Mesir secepatnya. Aku sudah tak sabar untuk bertemu. “Demikianlah, setelah mereka datang di Palestina, baju gamis Yusuf segera diusapkan di kedua belah mata ayahnya, atas kehendak Allah Nabi Ya’qub yang buta bisa melihat kembali. Nabi ya’qub dan keluarganya kemudian pindah ke Mesir memenuhi permintaan Yusuf. Kini lengkaplah sudah kebahagiaan Yusuf karena dapat berkumpul dengan seluruh keluarganya, Yusuf menaikkan ayah dan ibu (tirinya) ke singgasananya. Apa yang pernah diimpikannya dul sekarang menjadi nyata.

Template by:
Free Blog Templates